Suarajurnalisnews.com-Samosir:
Komplek SMA St. Mikhael Pangururan, Kabupaten Samosir menjadi pengobatan gratis pada hari Sabtu, 8 Oktober 2022. Sejumlah warga Pangururan datang memeriksa kesehatan serta mendapat pengobatan.
Acara bakti sosial ini menghadirkan 14 orang dokter umum dari Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) dan 12 orang dokter spesialis serta tiga orang perawat. Beberapa tenaga kesehatan dari Pemkab Samosir juga turut membantu.
Acara tersebut digelar oleh Panbil Group dibawah CEO Johanes Kennedy Aritonang dari Batam, Provinsi Kepulauan Riau, bersama Yayasan Monggalana Indonesia dan Yayasan Yonkenedia. Menggelar bakti sosial bagi masyarakat Samosir, di Komplek SMA St. Mikhael Pangururan, Samosir, Sabtu (8/10).
Meski bertempat di halaman dan ruangan kelas sekolah, tapi tahapan proses pengobatan yang dilakukan sama seperti di rumah sakit pada umumnya.
Warga, calon pasyen yang hendak bertobat terlebih dulu mendaftar, mengisi formulir, nama, usia, dan alamat sesuai kartu tanda penduduk ataupun kartu keluarga. Kemudian diukur tensi serta ditanya keluhan pasyen. Dalam istilah kedokteran disebut “anamese”. Kemudian pasyen memasuki ruang kelas tempat dokter umum sambil membawa kertas hasil pemeriksan tensi dan keluhan yang disampaikan.
Dokter umum kemudian menentukan, apakah pasyen langsung diberi resep obat atau harus periksa ke Iaboratorium. Tergantung jenis penyakit si pasyen. Jika penyakinya ringan, pasyen langsung di beri resep. Kemudian seorang anak sekolah SMA St. Mikhael yang juga ikut berpartisipasi mengantar si pasyen ke apotik yang juga disediakan di sekolah itu.
Salah seorang dokter yang ditemui wartawan, Dokter Iskandar dari Medan, ia adalah dokter umum dan aktip sebagai pengurus PUDI Sumatera Utara. Mereka diundang oleh Yayasan Monggalana Indonedia untuk melakukan bakti sosial di Kabupaten Samosir dan sebelumnya sudah terlebih dahulu dilakukan di Muara, Tapanuli Utara.
Dokter Iskandar yang berasal dari Aceh ini mengatakan kebanyakan pasyen yang sudah lanjut usia yang mereka periksa di Pangururan mengeluhkan reumatik, darah tinggi dan asam urat. Sedangkan penyakit seperti kencing manis tidak banyak.
Di situ juga disediakan laboratorium untuk cek darah. Tepat barada di depan ruang ruang kelas XII SOS-2 yang dijadikan sebagai tempat dokter spesialis penyakit dalam. Dokter yang melakukan cek darah selanjutnya menyuruh petugas untuk menuntun pasyen ke ruang dokter spesialis sesuai jenis penyakitnya. Tersedia dokter spesialis penyakit dalam, spesialis gigi, spesialis telinga hidung tenggorokan (THT), dokter spesialis anak dan dokter spesialis mata.
Tetapi menurut dokter Iskandar, tidak semua pasyen ke dokter spesialis. Ada juga yang kembali ke dokter umum untuk diberi resep.
Setelah pasyen menerima resep dari dokter spesialis atau dokter umum, petugas selanjutnya mengantar pasyen ke salah satu ruang kelas yang dijadikan apotek untuk mengambil obat.
Pengobatan gratis ini juga menyediakan bantuan kaca mata, tongkat dan kursi roda untuk pasyen atau masyarakat yang membutuhkan.
Ibu Rosinta Simbolon, warga terminal Pangururan, salah satu warga yang ditemui wartawan. Kepada dokter ia mengeluhkan penyakit lambung, tensinya sering naik serta penglihatannya yang sudah rabun. Sepulang dari pengobatan gratis, ia membawa obat untuk lambung dan kacamata untuk penglihatannya yang rabun.
Dokter Iskandar sudah berusia 65 tahun, meski semua rambutnya sudah memutih tapi ia
masih terlihat enerjik dan langsing. Kesehatannya yang stabil di usianya yang sudah lanjut bukan karena ia seorang tenaga medis. Bukan karena makanan suplayman atau obat maupun vitamin. Pola makannya juga biasa saja. Tetapi untuk tetap sehat Dokter yang pernah bertugas di salah satu rumah sakit di Aceh ini mengatakan “Kunci paling utama agar kita tetap sehat adalah ‘hindarkan dendam’ dan bangunanlah di pagi hari.”