Suarajurnalisnews.com-Bener Meriah :
Sembilan Puluhan lebih masyarakat Kampung Gunung Musara Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah menanda tangani surat tentang dugaan penyelewengan Reje atau kepala Desa serta aparatur Kampung Gunung Musara. Senin 3 Oktober 2022.
Pernyataan dugaan penyalah gunaan aparatur Kampung tersebut diuraikan dalam sebuah surat, dimana dalam bunyi surat tersebut masyarakat telah menganggap Reje Kampung mandul dalam memimpin masyarakat di Kampung Gunung Musara.
Dalam surat itu mereka meminta kepada Camat Bener Kelipah agar Reje Kampung transparan dalam menggunakan Anggaran Dana Desa setempat dan mengatakan Reje Kampung sama sekali tidak pernah bermusyawarah bersama masyarakat untuk menentukan beberapa program yang dikerjakan di desa tersebut.
Salah seorang perwakilan masyarakat yang namanya tidak mau di publish mengatakan kepada media ini bahwa Reje Kampung setempat tidak pernah melayani masyarakat dengan baik.
“Kami masyarakat Gunung Musara menganggap bahwa Reje Kampung tidak transparan dan sarat dengan kepentingan pribadi. Baik dibidang anggaran atau pun pelayanan di sana ini, penggunaan anggaran tidak melalui musyawarah di desa, terkesan sesuka hati Reje Kampung tersebut,” kata perwakilan masyarakat itu.
Menurutnya lagi, seperti pembuatan surat-menyurat masyarakat tersebut mengetik pribadi (ketik rental) tampa adanya perhatian dari Reje maupun Petue, dan hal ini sudah berlangsung beberapa tahun semenjak Kepala Kampung kami ini di lantik.
“Kami buat surat-menyurat saja susah seharusnya ada perhatian dari aparat desa, seperti operator desa, bidang pemerintahan. Nah ini tidak, kami menduga bahwa aparatur setempat makan gaji buta saja.” jelas masyarakat yang sangat mengerti tentang desa itu.
Beliau melanjutkan “kami juga masyarakat menuntut 18 poin yang tertulis didalam surat kami yang isinya sudah kami berikan kepihak Kecamatan dan beberapa tembusan termasuk ke Bupati Bener Meriah, DPMK Bener Meriah; dan DPRK Bener Meriah. Namun, sampai saat ini tercatat Lima (5) kali mediasi kami belum menemukan titik terang, ” ujar perwakilan masyarakat Gunung Musara.
Selain itu, menurut masyarakat penyaluran bantuan sosial untuk warga yang terkesan tebang pilih yang hanya diperuntukan untuk kerabat aparatur Kampung dan orang terdekat, baik bantuan sosial dan bantuan apa saja untuk keluarga aparatur saja, ucapnya.
“Semenjak masyarakat ikut tanda tangan atas permasalahan itu, Reje Kampung pun juga ikut mengumpulkan tanda tangan untuk sanggahan dan mendatangi rumah-rumah warga dengan mengutus 2 orang yang diduga dusun,” ungkapnya.
Masyarakat tersebut mengatakan, saya siap di panggil kemasa saja untuk bersaksi bahwa tanda tangan yang di kutip dari masyarakat itu menjual nama Camat ( Disuruh Camat ), ungkap masyarakat itu.
Disisi lain, Camat Bener Kelipah Agus Ampera menjelaskan kepada Awak media ini “benar terjadi permasalahan di Kampung Gunung Musara dan kami sudah menempuh beberapa kali mediasi dengan warga setempat namun sampai saat ini belum ada kesimpulan” ucap Agus.
“Terkait tanda tangan sanggahan tersebut, Reje Kampung Gunung Musara menelpon saya pada malam hari, beliau mengatakan bahwa masyarakat mengumpulkan tanda tangan untuk menurunkan saya, dan jawaban saya jika masyarakat menginginkan hal itu ya kita ikuti. dan saya sambil bercanda mengatakan kepada Reje Kampung tersebut untuk membuat tanda tangan warga Juga yang masih setia terhadap kepemimpinan Reje setempat ,” kata Agus Ampera.
Sementara itu, Reje Kampung Gunung Musara Sopiandi mengatakan, bahwa terkait permasalahan tersebut hanya salah paham antara Reje Kampung dan masyarakat.
“Ini hanya kesalah pahaman dan dendam masa lalu warga yang melaporkan kami. Terkait dengan tuntutan yang diserah ke pihak Kecamatan kami juga sudah kami jelaskan.” kata Reje Kampung.
Ketika awak Media ini menanyakan masalah pembuatan surat menyurat Reje Kampung mengatakan “bahwa alat kelengkapan inventaris seperti komputer dan printer tidak ada di kantor kami dan masih di bawah penguasaan Reje Kampung yang lama,” terang Sopiandi sambil mengatakan inilah kondisi kantor kami. (*)